Kisah Seorang Tunanetra



Rendy dilahirkan dalam kondisi normal. Namun, di usia 8 tahun ia menderita suatu penyakit dan mengakibatkan mengalami kebutaan. Rendy buta total, ia tidak dapat melihat dan menikmati keindahan alam lagi. Ia menjalani sisa hidupnya sebagai seorang tunanetra. Namun demikian, ia merasa sangat beruntung karena telah menemukan pasangan hidupnya. Seorang wanita yang tidak buta bersedia menjadi istrinya. Wajah wanita itu sendiri rusak karena terbakar sehingga tidak seorangpun yang mau menjadi suaminya. Bahkan keponakannya sendiri takut melihat wajahnya. Oleh sebab itu, ia mencari seorang suami yang tidak menilai dia dari wajahnya atau penampilannya, tetapi menerima dari perasaan dan hatinya. mereka berdua hidup bahagia dan dikaruniai dua orang anak yag sehat.


Pada suatu hari. Rendy pulang dengan perasaan gembira, " istriku, aku akan bisa melihat lagi.!!! masa gelap hidupku akan berakhir !. ucap Rendy dengan gembira.
" Aku akan dapat melihat lagi seperti sediakala. Doktor ahli mata bersedia mengoperasi mataku. Minggu depan akau akan dioperasi,"ujar Rendy. Betapa gembiranya rendy mengetahui dirinya sebentar lagi bisa melihat dunia, kesempatan itu adalah hadiah terindah dan terbesar yang Tuhan akan berikan selama hidupnya, Setiap hari Rendy berdoa kepada Tuhan dan memohon agar sekali saja dalam hidupnya,walaupun hanya untuk beberapa detik, bisa melihat wajah istri dan anak-anaknya. Rupanya Tuhan mengabulkan doanya.

Ketika mendengar kabar itu, istrinya juga ikut senang, karena suaminya akan bisa melihat kembali. Namun, ia merasa takut, apakah kehidupan keluarganya bisa berjalan seperti sediakala? Penuh kasih dan keharmonisan? Ia takut perkawinannya akan kandas, ia takut rumah tangganya hancur. Ia takut suaminya nanti akan segera pergi meninggalkannya ketika melihat wajahnya yang buruk dan rusak.

Istri Rendy berdoa kepada Tuhan, Ia memohon ampun dan merasa bersalah karena ia tidak begitu bahagia mendengar suaminya akan segera bisa melihat kembali. Ia merasa dirinya egois. Istri Rendy tidak mau mengungkapkan perasaanya itu kepada suaminya, ia memendamnya didalam hati saja.

Semakin mendekati hari operasi itu, semakin gembira perasaan rendy, bahkan teman-teman dan tetangganya sudah mengetahui berita gembira itu. Berbeda dengan istrinya yang semakin cemas, tetapi tetap tidak mau mengungkapkan perasaanya karena ia tidak mau merusak kebahagiaan dan harapan suaminya. Walaupun tidak mengungkapkannya tetapi Rendy merasakan hal ini, karena istrinya yang semula periang berubah menjadi pendiam.

Hari operasipun tiba. Sejak pukul 04.00 pagi Rendy sekeluarga sudah bangun. Bagi Rendy, hari itu adalah hari terindah dalam hidupnya. Tepat pukul 08.00 pagi, sopir taksi yang menjemput Rendy sudah tiba. Rendy berjalan keluar untuk membukakan pintu, tetapi istrinya pergi ke kamar tidur untuk berdoa sambil menangis. Pada saat ia berlutut dan berdoa sambil berlinang airmata, tiba-tiba ia merasakan belaian tangan penuh kasih sayang dibelakang kepalanya. Ternyata, itu adalah tangan suaminya. Rendy berkata, " Istriku, aku tidak jadi pergi, aku telah memutuskan membatalkan operasi. Kasih sayangmu jauh lebih indah dan lebih berharga daripada mata yang bisa melihat. Buat apa aku bisa melihat kalau setelah itu hubungan dan keharmonisan hidup kita menjadi rusak. Biarlah aku tetap buta sampai akhir hidupku,yang penting kita tetap berkumpul dengan penuh kasih sayang selama-lamanya ."

Bersyukurlah kepada TUHAN sebab kita masih bisa melihat segala keindahan di bumi ini dengan mata kita.. Namun sayangnya, manusia yang bisa melihat kadang tidak bisa menguasai matanya. Seringkali kita lebih banyak melihat hal-hal buruk dalam diri orang lain daripada hal-hal baik/positif yang terpancarkan dari diri seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar