Bisnis Gereja?



Salah satu resolusi tahun baru yang saya buat di awal bulan Januari 2011 adalah membuka bisnis. Setelah saya pikirkan selama beberapa bulan terakhir, saya memutuskan untuk membuka bisnis gereja di tahun ini.

Bisnis gereja merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Dengan mengandalkan "4 P" a la Neil Borden, tentu saya berkeyakinan bahwa bisnis gereja lebih menjanjikan daripada bisnis-bisnis yang lain.


1. PRODUCT


Saya akan MENSURVEY mayoritas orang kristen di beberapa kota besar, mengenai doktrin-doktrin gereja yang mereka percaya. Selanjutnya berdasarkan hasil survey tersebut, saya akan mendirikan gereja saya dengan memegang doktrin-doktrin yang dipercaya oleh mayoritas umat kristen.

Products juga tentunya berbicara mengenai hal-hal yang ditawarkan kepada jemaat. Tidak mungkin saya bisa seperti Yesus, yang memberikan berbakul-bakul roti dan ikan kepada jemaat. Sekarang jaman sudah berganti. Jemaat yang memberikan upah, dan bukan saja upah melainkan great financial rewards, kepada para pemimpin Toh pemimpin patut mendapatkan upah pemimpin, seperti nabi patut mendapatkan upah nabi.

Hal-hal yang ditawarkan kepada [calon] jemaat tentunya adalah hal-hal yang menjanjikan. Mulai dari peralatan musik yang modern, penggunaan lagu-lagu rohani yang terkenal dan pemakaian alat musik yang profesional, sampai kepada janji-janji intangible lainnya, seperti kesembuhan dari sakit penyakit, kemakmuran, kesuksesan hidup, dan menjadi orang nomor satu di masyarakat alias jadi anggota DPR, jadi doker ternama, maupun jadi artis tersohor.

Dengan meng-cover banyak issue dan permasalahan yang terjadi di setiap hidup manusia, tentulah saya mengharapkan rewards yang tidak sedikit. Ini bisa diselesaikan dengan cara menekankan tema PERPULUHAN dan BERKAT di setiap kotbah, atau melakukan persembahan diakonia, persembahan gembala, persembahan gedung, persembahan maintenance, persembahan musik, persembahan kasih, persembahan awal tahun, persembahan tengah tahun, persembahan akhir tahun, persembahan hari Pahlawan, persembahan kemerdekaan (17 Agustus), persembahan hari raya Nyepi (dan saya bisa jelaskan ke jemaat bahwa persembahan ini dipakai untuk menginjili umat yang merayakan hari raya Nyepi), persembahan bencana alam, dan berbagai jenis persembahan yang lain.

Persembahan-persembahan ini bisa divariasikan dengan jumlah kebaktian yang akan diadakan sedikitnya sepuluh kali dalam seminggu. Bahkan untuk hari Minggu saja, saya berencana akan mengadakan 5-7 kali kebaktian. Melihat trend yang ada di umat kristen, saya yakin [calon] jemaat saya tidak akan keberatan jika diberikan kotbah yang sama terus menerus pada hari yang sama.
Last but least mengenai masalah produk, saya juga harus membuat produk yang unik. Beberapa tahun yang lalu saya sudah memikirkan soal menawarkan minyak urapan kepada banyak orang, namun sayangnya ide tersebut sudah dimulai terlebih dahulu oleh sebuah gereja (walaupun ide tersebut pertama kali datangnya berasal dari luar Indonesia).

Tentu saya harus inovatif, karena yang namanya urapan bukan saja soal minyak. Saya sudah memikirkan mengenai batu-batu urapan, air urapan, mantel atau handuk yang sudah diurapi. Batu-batu bisa saya klaim sebagai batu-batu dari tanah perjanjian yaitu Israel, walaupun sebenarnya mudah saya dapatkan dari kali Ciliwung. Produk-produk ini bisa saya berikan beberapa alternatif, apakah diberikan label harga atau gratis sebagai penarik customer.


2. PRICE


Inilah keunikan dari bisnis gereja. Harganya gratis, tapi SEBENARNYA MAHAL ! Sounds familiar? 
Benar, saudara-saudara. Anda tidak dipungut bayaran jika anda memasuki gereja yang akan saya dirikan. Semuanya gratis, sukarela. Bahkan saya berencana akan menaruh beberapa stand yang menjual makanan dan minuman. Nah yang ini tidak gratis. Harganya agak dinaikkan sedikit dari harga rata-rata. Iya toh? Kalau anda tidak mau mahal sedikit, anda tidak dipaksa alias bisa membeli makanan atau minuman yang ada di luar sana.

Dan itu belum seberapa. Saya berencana akan membuka toko buku. Tentu dengan keuntungan di atas rata-rata. Semua produk seperti makanan, buku, kaset, CD, akan saya berikan label "seluruh hasil penjualan akan dipakai untuk kemuliaan nama Allah". Siapa Allahnya? Ya, saya! Begitu saja kok mesti diberitahu.


3. PROMOTION 


UNTUK MEMPERCEPAT bisnis ini, ada beberapa cara yang sudah saya pikirkan, misalnya:


1. Saya akan MEREKRUT beberapa pendeta kenamaan. Tidak peduli ajaran mereka benar atau ngawur, yang penting mereka terkenal. Dengan mendengar bahwa pendeta-pendeta tersohor itu berkotbah di gereja saya, pastilah banyak customer alias jemaat yang akan datang ke gereja saya.

Tapi di sisi lain, semakin terkenal seorang pendeta, biayanya semakin mahal. Sekali datang mereka biasa dibayar beberapa juta hanya untuk kotbah 1 jam. Untuk itulah saya sudah memperhitungkannya dengan mengadakan berbagai jenis persembahan yang akan saya edarkan. Kalau perlu saya akan edarkan sebelum, di tengah-tengah, dan sesudah kebaktian. Untuk mensugesti jemaat, saya tidak akan memakai kantong kecil, melainkan memakai ember atau panci supaya mereka tergerak memberikan dalam jumlah yang besar. Bahkan kalau perlu yang berbahan aluminium atau metal, sehingga jika ada yang memberi receh pasti akan malu karena receh atau uang logam akan berbunyi begitu ditaroh ke dalam panci aluminium.


2. Saya akan mencantumkan gelar pendeta-pendeta tersebut, bahkan gelar saya, atau gelar pemimpin pujian, atau gelar siapa pun juga yang terlibat di dalam gereja saya, di setiap brosur, pamflet, dan selebaran-selebaran yang mempromosikan setiap acara gereja saya.

Bukan apa-apa. Saya mengerti bahwa masyarakat kita gila sekali dengan gelar. Oleh karena itu saya akan mencantumkan banyak gelar, supaya customer alias jemaat bisa yakin bahwa [bisnis] gereja ini tidak main-main. Kita sudah menebus semuanya dengan darah uang yang mahal, alias sudah keluar duit banyak untuk bisa bersekolah, mendapatkan banyak gelar, apalagi kalau mendapatkan gelar dari luar negeri.


4. PLACE


Satu hal penting yang sering ditekankan oleh hampir semua super guru marketing adalah, "location, location, location!" Tentu ini beralasan. Dengan lokasi yang strategis, orang bisa menilai seberapa fancy atau qualified barang yang anda tawarkan. Dengan lokasi yang strategis, anda bisa mendapatkan lebih banyak potential customer.
Kalau anda berdomisili di Jakarta, anda tentu tau kawasan Jakarta Timur adalah kawasan pemukiman. Mungkin untuk jumlah customer, kawasan tersebut menggiurkan. Namun untuk MASALAH GENGSI, kawasan tersebut patut dihindarkan. Demikian juga Jakarta Utara. Jadi perkiraan saya, saya akan mensurvey daerah-daerah di sekitar Jakarta Pusat, Jakarta Barat, maupun Selatan. 

Memulai bisnis gereja tentu harus dari Ibukota. Dengan demikian jika saya ingin memperlebar alias EKSPANSI BISNIS GEREJA saya ke daerah-daerah lain, calon customer alias jemaat di luar Jakarta akan mengetahui bahwa gereja saya dimulai dari ibukota. Hal tersebut tentunya akan menambah tingkat kepercayaan.

Tapi walaupun begitu, lokasi spesifik tetap harus diperhitungkan. Misalnya Jakarta Barat atau Pusat, haruslah dipilih lokasi yang bonafid untuk menambah impresi bagus kepada calon customer alias jemaat. Bisa saja untuk menekan ongkos, saya menyewa auditorium UI misalnya, yang tidak begitu mahal. Tapi siapa orang-orang yang berdomisili di Jakarta yang mau pergi ke Depok untuk beribadah setiap minggunya? Beberapa gereja sudah mematok lokasi yang strategis di bilangan elit di Jakarta, tentulah saya tidak mau kalah bersaing dengan mereka.

Jadi demikianlah ide bisnis gereja yang menjadi salah satu resolusi saya tahun ini. Saya memohon dukungan para saudara-saudari semuanya, baik itu dalam spirit maupun dalam materi supaya ide ini bisa terlaksana. Amin.

sumber: SJSD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar