Tujuan Keuangan Pasangan Menikah





Masih ingatkah Anda saat pertama kali jatuh cinta kepada pasangan Anda ?

Masih ingatkah saat pertama kali Anda memutuskan bahwa pasangan Anda sekarang adalah orang yang tepat berada di sisi Anda sampai akhir hayat ?

Masih ingatkah Anda Janji pernikahan Anda dan pasangan saat menikah ?

Tentunya masa- masa indah tersebut ingin tetap hadir setiap hari dalam kehidupan berumah tangga Anda.

Namun, ada banyak masalah yang timbul setelah menikah (salah satu masalah yang timbul adalah pengelolaan dalam hal keuangan) dan tak urung masalah ini juga menyebabkan banyak perselisihan.

Bukan berarti Anda tidak cinta terhadap pasangan Anda, hanya saja segala sesuatu yang berhubungan dengan uang sangat sensitif maka perlu untuk dibicarakan dengan hati dan kepala yang dingin.

Banyak pasangan yang menikah tapi tidak tahu berapa penghasilan masing- masing bahkan ada yang membawa hutang ke dalam pernikahan mereka.

Masing- masing pasangan harus terbuka agar masalah yang ada bisa diselesaikan dan supaya tidak menimbulkan masalah yang lebih rumit lagi.

Biasanya pasangan yang baru menikah tujuan keuangan dalam jangka pendek adalah memiliki hunian.

Kepengin dong punya rumah yang bebas untuk kita tata sendiri, “we control everything in the house” 

Memiliki hunian di pusat kota tentunya membutuhkan dana yang lebih besar ketimbang membeli hunian di pinggir kota. 

Dengan memiliki hunian di pinggir kota berarti tujuan keuangan pasangan yang menikah juga bertambah dengan keinginan untuk memiliki kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi pun harus dipilih antara roda dua atau roda empat, membeli tunai atau dicicil. 

Apabila dicicil, harus dipastikan bahwa angsuran untuk rumah dan kendaraan ini tidak melebihi 30% besarnya penghasilan Anda dan pasangan.

Mengapa demikian ? Karena memiliki rumah dan kendaraan tidak hanya berhenti di fase memiliki saja. 

Rumah dan kendaraan harus dirawat, konsumsi listrik di rumah harus dibayar, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraan pun harus dianggarkan. Gak mungkin dong kita punya mobil atau motor tapi bensinnya kosong ? Belum lagi mengganti oli, mengganti ban dll.

Jangan lupa juga bahwa setiap tahun kita harus membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Surat Tanda Nomer Kendaraan (STNK) yang sebenarnya dapat dianggarkan jauh- jauh hari.

Setelah membahas Dana Darurat,Tujuan Keuangan Lajang lainnya adalah Dana Pensiun dan Asuransi Kesehatan.

Tapi sebelum membahas Dana Pensiun, ada kiat untuk mengatur Dana Darurat menjadi beberapa bagian.

Dana Darurat bisa di taruh di tabungan, deposito dan reksadana pasar uang.

Bisa dibayangkan apabila ada orang yg gaji perbulannya adalah 15 juta sehingga Dana Darurat yang dia perlukan sebesar 60juta.

Sayang kalau uang sebanyak itu mengendap di tabungan saja.

Okay, sekarang kita bahas Dana Pensiun.

Get ready :)

Kenapa perlu mempersiapkan Dana Pensiun ?

Yang pertama, umur akan bertambah sehingga suatu saat nanti kita sudah tidak dapat lagi bekerja seproduktif usia kita sekarang.

Yang kedua, kebutuhan hidup di usia tua yang semakin tinggi akibat inflasi yang dipengaruhi oleh gaya hidup kita. Contohnya : Heni 28 tahun, ingin pensiun di usia 60 tahun. Biaya hidup saat ini mencapai 5juta/ bulan maka dana yg diperlukan untuk pensiun nanti sebesar +/-9M

Yang ketiga, Muda gak nyusahin orang tua.. tua gak nyusahin keluarga . Itu alasan perlunya Dana Pensiun. Agar saat kita tua nanti kita tidak membebani anak cucu kita dalam hal finansial. Contoh nyata, generasi orang tua kita. Mereka sibuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan kita sehingga ketika mereka tua, mereka tidak punya tabungan untuk hari tua mereka. Hal tersebut dikarenakan Dana Pensiun tidak masuk ke dalam perencanaan keuangan mereka. Lantas, belajar dari pengalaman mereka seharusnya kita lebih perhatian terhadap si Dana Pensiun ini.

Semakin dini kita mempersiapkan Dana Pensiun maka semakin sedikit jumlah investasi yang kita keluarkan setiap bulannya.

Karena Dana Pensiun ini merupakan tujuan keuangan jangka panjang, maka investasi yang dilakukan juga jangka panjang.

(FB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar