Jangan Menyembah Berhala



Ada sebuah keluarga yang terdiri dari 3 orang, yaitu ayah, ibu dan seorang putra yang telah menginjak usia remaja. Ayah dan ibu anak itu adalah penyembah berhala, dan di rumahnya mereka mempunyai beberapa patung yang mereka sembah dengan sepenuh hati. Ada patung yang besar dan ada pula yang kecil ukurannya. Ada yang terbuat dari batu dan ada pula yang terbuat dari kayu. Sudah bertahun-tahun lamanya mereka menjadi penyembah berhala. Tetapi sang anak mempunyai kepercayaan yang lain sekali dengan orangtuanya. Anak ini justru adalah seorang pengikut Tuhan Yesus yang setia! Seorang teman sekolahnya mengajak anak itu ke Sekolah Minggu dan sejak saat itu hatinya terbuka untuk Yesus dan ia tidak mau lagi menyembah berhala-berhala yang dimiliki kedua orangtuanya. Tentu saja anak ini mendapat perlakuan kurang enak dari ayah dan ibunya yang tidak mau percaya kepada Yesus, tetapi anak ini tetap setia dn bertekun di dalam iman.

Pada suatu hari si ayah dan ibu hendak pergi menengok keluarganya di luar kota selama beberapa hari lamanya. Anak itu tidak ikut serta sebab sekolah tidak libur. Maka ia tinggal di rumah ditemani pembantu rumah tangganya. Sebelum mereka pergi, ayah dan ibunya berpesan : "Nak, kami akan ke luar kota beberapa hari lamanya. Tolonglah agar selama beberapa hari ini, kamu beri makan patung-patung sembahan kami. Awas ya .... jangan lupa beri makan mereka supaya patung-patung itu merasa senang." Setelah berpesan demikian, pergilah mereka ke luar kota.

Anak ini mulai berpikir, "Apakah yang akan kuperbuat? Memberi makan patung-patung? Bukankah itu sangat bertentangan dengan kepercayaanku kepada Tuhan Yesus yang jelas menentang segala macam bentuk penyembahan berhala?" Ia mulai berdoa untuk memohon hikmat dari Tuhan. Dua tiga hari dibiarkannya berlalu tanpa berbuat suatu apapun, sehingga akhirnya hari kedatangan ayah dan ibunya sudah diambang pintu. Apa akal? Anak itu kemudian menyuruh pembantunya memasak nasi serta lauk-pauk. Lalu ia mengambil sebilah kapak dan dengan kapak itu ia menghancurkan semua patung yang berukuran kecil sampai remuk redam. Lalu ia menghampiri patung yang ukurannya paling besar dan melekatkan semua nasi dan lauk-pauk yang ada itu ke bagian mulut patung tersebut. Akhirnya kapak itu diletakkan pada tangan si patung itu.

Tak lama kemudian ayah serta ibunya datang dari luar kota dan mereka menjadi sangat marah melihat keadaan yang sama sekali tidak diinginkannya. Anak itu dipanggil dan diminta pertanggungan jawabnya: "Mengapa terjadi kehancuran yang demikian itu? Apa yang telah kau perbuat? Mengapa berhala-berhalaku hancur semuanya kecuali satu yang paling besar itu?" Anak itu dengan tenang menjawab: "Ayah, aku telah mentaati perintah ayah untuk memberi makan berhala-berhala itu. Aku telah menyuruh pembantu rumah tangga kita untuk membuat makanan. Tetapi rupa-rupanya patung yang paling besar itu terlalu serakah sehingga ketika ia melihat makanan, ia lalu menghancurkan patung-patung yang lebih kecil dan merampas makanan yang seharusnya menjadi bagian patung-patung kecil itu. Ayah, coba lihat itu, bukankah mulut patung yang besar itu masih penuh dengan nasi? Itu bukti kerakusannya, bukan? Lihat pula kapak di tangannya, nah ayah, dengan kapak itulah ia menghancurkan patung-patung yang lebih kecil." Ayahnya segera menjawab: "Ah .... aku sama sekali tidak percaya kepada omonganmu itu. Masakan patung bisa menghancurkan sesama patung untuk merebut makanan. Itu hanya isapan jempol belaka.

Si anak segera menjawb, "Ayah, ayah mengetahui bahwa patung yang ayah sembah itu tidak bisa makan dan tidak bisa minum, sebab mereka hanyalah buatan manusia yang mati. Lalu ... kalau sudah tahu demikian, mengapa ayah menyembahnya? Kalau berhala itu tidak bisa makan dan minum, mana mungkin mereka itu memberikan perlindungan dan pertolongan kepada mereka yang menyembahnya?".
Kata-kata si anak itu benar-benar masuk ke dalam hati ayah dan ibunya. Mereka mulai berpikir bahwa kata-kata itu 100% benar. Mulailah mereka melihat kesia-siaannya berbakti kepada patung-patung yang mati, dan terbukalah hati mereka untuk kebenaran-kebenaran Firman Tuhan.

Sebuah perintah penting dalam dasa titah berbunyi sebagai berikut :

"Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku". (Kel. 20:4-6). ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar