10 Cara Ajarkan Anak Berhemat



Tidak hanya Anda yang perlu berhemat. Anak pun perlu diajarkan sejak dini, agar hemat menjadi sikap hidupnya di kemudian hari. Ikuti langkah-langkah berikut ini, agar anak mau berhemat tanpa merasa tertekan.

1. Tidak Menghabiskan Uang Jajan Setiap kali memberi uang jajan, beritahukan padanya bahwa uang ini bukan untuk dihabiskan. Mintalah kembali uang yang berhasil dia sisihkan. Lalu, berikan pujian, pelukan, dan atau ciuman bila anak Anda berhasil membawa pulang sisa uang jajannya. Dengan demikian, anak Anda akan merasa mendapat penghargaan atas apa yang sudah dilakukannya.

Tunjukkan rasa bangga Anda padanya dengan menceritakan apa yang sudah dilakukannya pada suami, di depan anak Anda. Anak akan cenderung mengulangi proses belajar berhemat itu pada keesokan harinya.

2. Memberi Hadiah Setelah satu minggu anak berhasil menyisihkan uang jajannya setiap hari, berikan dia hadiah. Jelaskan padanya bahwa hadiah ini bisa terbeli dari hasilnya menyisihkan uang jajan.

Sebelum membelikan hadiah, cari tahu dahulu benda apa yang paling dia inginkan. Tentu saja Anda boleh membelikan hadiah yang lebih mahal dari sisihan uang tersebut. Namun, jangan membelikan barang yang jauh lebih mahal, karena hal itu justru tidak mendidiknya untuk mengenal nilai uang.

3. Menyediakan Celengan Belikan anak Anda celengan dengan bentuk yang menarik. Ajak dia untuk memilih sendiri celengannya. Katakan padanya bahwa celengan tersebut akan menjadi harta karunnya. Pilihlah ungkapan dari cerita favoritnya. Misalkan, "Ayo kita beli kotak harta karun kapten Hook!"

Bersemangatlah ketika mengajaknya. Hal ini akan membuat anak merasa sedang membeli sesuatu yang penting. Setelah itu, mulailah anak diajarkan untuk memasukkan uang jajan yang tak dihabiskannya itu ke dalam celengan. Setiap minggu, Anda juga bisa memberikan uang tambahan padanya untuk ditabung dalam "kotak harta karun" itu. Tunjukkan semangat, pujian, dan rasa senang melihat dia memasukkan uang ke dalamnya.

4. Merencanakan Pengeluaran Setiap kali memberi uang jajan, tanyakan padanya apa yang akan dia beli untuk makan di sekolah nanti. Tanyalah dengan detail, termasuk berapa harga makanan. Tanyakan pula, mengapa dia ingin membeli makanan tersebut. Hal ini untuk mengajarkan pada anak bahwa setiap pengeluaran harus ada argumentasinya. Perkenalkan pula pada anak bagaimana cara mengoptimalkan pengeluaran. Ajak dia untuk memilih makanan yang paling baik, sesuai dengan uang yang dimilikinya.

5. Membawa Bekal Menarik Setiap malam sebelum anak berangkat tidur, ajaklah berdiskusi soal bekal yang ingin dia bawa esok hari. Ide-idenya tentu saja banyak dan bisa jadi tidak masuk akal. Jangan dibantah dahulu. Ajaklah anak Anda ke kulkas untuk melihat persediaan bahan makanan yang ada. Dari situ barulah diskusikan lagi apa yang mungkin dia bawa sebagai bekal, dengan bahan makanan yang tersedia. Hal ini akan mengajarkan anak bahwa keinginan dan kemampuan adalah dua hal yang berbeda. Kemudian, rangsang anak untuk berkreasi. Misalnya, dia ingin bekalnya dihias seperti apa. Tentu saja, dengan berbekal pengetahuan ketersediaan bahan makanan yang tersedia.

6. Buka Tabungan Atas Namanya Ajak anak ke bank. Bukalah tabungan atas namanya. Cara ini efektif untuk anak yang sudah bisa membaca, karena dia akan melihat buku tabungan dengan namanya tercantum di situ.

Ajarkan anak menabung di bank. Mintalah dia yang menyimpan buku tabungannya. Setiap kali habis menabung, tunjukkan padanya hasil print pada buku tabungan yang memperlihatkan jumlah uang yang sudah bertambah. Perkenalkan padanya nilai uang dengan cara mengkonversi nilai uang pada buku dengan harga barang yang dia miliki. Misal dengan mengatakan, "Wah, dengan uang sebanyak ini kamu bisa beli boneka Barbie".

7. Memperkenalkan Konsekuensi Anak perlu diperkenalkan pada konsekuensi sejak dini. Bahwa pada setiap pembelian atau pengeluaran uang, pasti ada konsekuensinya. Paling tidak, dengan mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli sesuatu, maka dia belum tentu bisa membeli barang lain dengan sisa uangnya. Hal tersebut sebenarnya sudah dimulai ketika Anda memperkenalkan harga-harga barang dengan jumlah uang yang dimilikinya. Katakan padanya, "Kalau kamu mau beli boneka Barbie ini, maka kamu tidak bisa membeli Ken-nya. Karena uang kamu tidak cukup. Coba lihat nih harganya." Ajak anak untuk bersimulasi dengan harga dan nilai uang. Ini akan menjadi permainan yang menyenangkan bagi anak. Dia akan terus bertanya soal harga-harga dan uang yang dimilikinya.

8. Selalu Memberi Alasan Jangan pernah melarang atau menolak permintaan anak tanpa alasan. Hal ini akan membuat anak tidak pernah memahami maksud Anda. Bila si kecil merengek minta dibelikan sesuatu padahal permintaan tersebut tidak dalam budget Anda, maka terangkanlah. Pada saat dia merengek minta dibelikan, tersenyumlah, lalu tunjukkan harga yang tertera di situ. "Lihat nih, harganya mahal sekali. Ibu sekarang sedang tidak punya uang untuk membelikan kamu mainan ini. Gimana kalau kita nabung dulu sama-sama? Pasti seru, deh." Belum tentu anak bisa mengerti apa yang Anda katakan. Tapi jika hal tersebut berulang, dan Anda rajin memberikan alasan yang masuk akal baginya, maka adegan merengek di mal akan makin jarang terulang.

9. Diajak Berpikir ke Depan Jangan mengira anak tidak bisa diajak untuk berpikir ke depan. Jika sejak awal anak sudah dididik untuk melihat persoalan secara komprehensif, maka dia akan menjadi anak yang mudah mengerti. Termasuk melihat masa depan. Anda bisa memulainya dengan mengajaknya melihat rencana Anda terhadapnya. Misal soal sekolah. Bahwa sekolahnya sekarang itu perlu biaya. Dan untuk bisa mendapatkan biaya tersebut, kedua orangtua perlu bekerja untuk mendapatkan uang, serta bisa menabung. Sekolah itu tidak berhenti minggu depan, tapi sampai dia besar. Untuk itu, "Kita semua perlu menyiapkan uang agar kamu bisa sekolah terus. Ibu dan ayah menabung, kamu juga menabung." Dengan demikian, anak mengerti dan merasa terlibat dalam proses menabung dan berhemat, demi masa depannya. Bila soal sekolah "belum mempan", maka Anda bisa menggunakan jurus lain yaitu melihat masa depan yang cukup dekat. Misalnya, rencana untuk membeli sepeda atau barang mahal lainnya. Prinsipnya adalah anak diajarkan mengerti bahwa dalam hidup ini tidak ada yang instan. Dan dalam membeli ada proses menghemat dan menabung.

10. Membuat Daftar Kebutuhan Bila anak Anda sudah bisa me nulis, ajak dia untuk menuliskan kebutuhannya. Tidak hanya kebutuhan makan di sekolah, juga kebutuhan lainnya. Ajak anak mendiskusikan setiap poin yang dia tulis. Sekaligus, mintalah dia untuk mencari harga dari setiap barang atau kebutuhan yang dia tuliskan. Perkenalkan padanya, apa yang disebut dengan kebutuhan dan keinginan. Bahwa tidak semua makanan, walau kebutuhan pokok, adalah kebutuhan. Sarapan, bekal ke sekolah, makan siang, dan makan malam adalah kebutuhan pokok. Tapi makan siang di sebuah restoran cepat saji adalah keinginan. Atau yang lebih jelas lagi, makan siang adalah kebutuhan dan mainan adalah keinginan.

Belajar membedakan dua hal tersebut akan membuat anak cepat paham dan mengerti ketika dia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. 

sumber:Michael Kho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar