Refleksi 1

Akhir Jaman
 
Dulu ketika semasa SMP, saya pernah dikejutkan isu bahwa akan ada kegelapan total selama tiga hari tiga malam. Beredar selebaran yang menyatakan bahwa pada saat kegelapan tersebut, penerangan hanya bisa melalui lilin yang telah diberkati. Alhasil sebagian besar warga kota kecilku berbondong-bondong membeli lilin dan minta diberkati oleh pimpian gereja. Banyak keluarga memborong kebutuhan-kebutuhan pokok demi kelangsungan hidup selama tiga hari kegelapan tersebut. Mereka yang dapat bertahan hidup selama tiga hari kegelapan tersebut adalah mereka yang diselamatkan, sedangkan yang tidak layak akan binasa. Namun setelah hari yang ditunggu-tunggu tiba, ternyata kegelapan tidak terjadi. Sang surya dengan gagahnya tetap terbit dari ufuk timur, kembali memberi sinar dan pengharapan pada warga kotaku yang kebingungan. Ada rasa kecewa dan ada rasa suka. Kecewa karena sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa tapi apa yang diramalkan tidak terjadi. Tetapi lebih dari itu, ada rasa suka. Ternyata Allah tidak kejam seperti yang diisukan. Ia tetap baik dan mengasihi umatnya. Cahaya matahari tidak saja hanya untuk orang-orang beriman tapi juga untuk orang berdosa. Kasih Allah ternyata melampaui batas definisi dosa yang dibuat manusia untuk saling mengeksklusifkan satu sama lain.

Berita tentang akhir jaman (apokalipsi) selalu menarik perhatian banyak orang, terutama bila itu dilengkapi dengan sekian kesaksian, kutipan injil. Berita tentang akhir jaman memang bukanlah sekedar isu, Injil telah mengatakannya. Dalam Injil ini, Yesus memberi tanda-tanda yang mendahului kedatangan hari tersebut: bangsa akan bangkit melawan bangsa, gempa bumi, kelaparan, dan wabah penyakit di mana-mana. Bila menilik tanda-tanda tersebut, kita akan dengan mudah dituntun pada keterpenuhan nas tersebut. Peperangan dan bencana alam telah menjadi berita utama dunia ini. Juga kelaparan di banyak tempat, yang sering kali tidak terpantau oleh media. Belum lagi penyakit yang aneh-aneh dan baru di beberapa belahan bumi. Nampaknya dunia sudah menunjukkan gejala-gejala seperti yang dinyatakan Yesus tersebut.

Orang yang pintar membaca tanda-tanda jaman tidak bosan-bosannya menyerukan pertobatan. Dunia hanya biasa diselamatkan dengan pertobatan yang segera mungkin. Beberapa yang merasa terinspirasi semakin berani mewartakan atau membentuk aliran-aliran yang mengklaim bahwa mereka telah menerima wahyu tentang akhir jaman tersebut. Atau bahwa mereka adalah mesias kedua yang dijanjikan tersebut. Dengan memanfaatkan kemampuan retorik yang isinya didominasi oleh ancaman-ancaman dan berkat, bukan keselamatan yang mereka bawa, justru semakin banyak kesesatan yang ditimbulkan. Selalu ada klaim bahwa hanya kelompok merekalah yang akan diselamatkan. Beberapa aliran tersebut berujung pada aksi bunuh diri massal, seperti aksi bakar diri atau minum racun bersama.

Allah dalam hakikatNya dapat menentukan apa yang akan terjadi pada masa depan. Allah kita bukanlah Allah yang statis dan tidak peka. Ia bukanlah Allah yang sekali memutus maka akan berlaku selama-lamanya. Ia peka terhadap dunia, keputusanNya bisa berubah bila dunia berubah. Dunia menentukan akan jadi apa dirinya nanti. Bila bangsa-bangsa tidak lagi mampu mengontrol nafsu untuk saling menghabisi; bila egoisme sudah sedemikian merajalela sehingga manusia saling mengeksploitasi yang berujung pada kesengsaraan dan kelaparan; bila manusia tidak lagi mampu menjaga sikap dan perilakunya dalam batas-batas moral dan etika kristiani. Alkitab telah menyatakan pengetahuan bertambah dan kecenderungannya moral manusia bukannya bertambah baik melainkan bertambah jahat. Hanya mereka yang berjaga, berdoa, memelihara kekudusan dan kebenaran FirmanNya yang akan diselamatkan. Amin. *** (Patrix Wea, SVD).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar