Menikmati Kuasa Di Dalam Kerajaan Allah

Ada seorang mahasiswa yang kuliah di Amerika Serikat. Ia berasal dari negara berkembang. Ketika akan diwisuda, ia mengirimkan tiket pesawat terbang kepada ayahnya untuk hadir. Dengan sukacita, ayahnya berangkat ke Amerika. Tapi ketika ditawari makanan di dalam pesawat, ia selalu menolak. Akibatnya selama berjam-jam dalam pesawat, ia kelaparan.

Karena itu, ia marah ketika anaknya menyambut dia di airport. Kata anaknya, “Apakah papa menikmati makanan enak dalam pesawat?” Jawabnya berang, “Saya tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan yang ditawarkan di dalam pesawat. Jadi, saya tidak makan apa-apa.” Anaknya menjelaskan bahwa harga makanan sudah termasuk di dalam tiket yang dimilikinya. Ayah tersebut menyesal, tapi sudah terlambat.

Banyak orang Kristen yang hidupnya persis seperti ayah ini. Mereka menerima Yesus, tapi menyia-nyiakan arti pengorbanan Yesus.

Salah satu warisan yang disediakan bagi orang Kristen dalam Kerajaan Allah adalah kuasa.

Kata Paulus, “Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa,”(I Kor 4:20). Untuk apakah kuasa tersebut diberikan?


1. Kuasa untuk mengusir setan-setan dan menyembuhkan sakit-penyakit.

Yesus berkata, “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh,” (Markus 16:17-18).

Orang yang hidup dalam Kerajaan Allah akan mengalami tanda-tanda ini.


2. Kuasa untuk memberitakan Injil.

Kata Yesus, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi,”(Kisah 1:7-8).

Akhirnya, “Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya,”(Markus 16:20).

Orang yang hidup dalam Kerajaan Allah akan menyukai pekerjaan yang demikian.


3. Kuasa untuk melayani dalam kemuliaan Allah yang lebih dahsyat.

Kata Paulus, “Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian, betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh! Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran. Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti. Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan,”(II Kor 3:7-11).

Itulah kemuliaan yang sedang menanti orang yang hidup dalam berjalan dalam Kerajaan Allah.


DUA GAYA HIDUP ORANG-ORANG YANG HIDUP DALAM KERAJAAN ALLAH

Ketika Musa memimpin orang Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan, terdapat dua golongan orang.
> Golongan orang yang ingin kembali ke Mesir (Kel 14:11-12)
> Golongan orang yang terus-menerus berfokus kepada tanah Kanaan (Bil 13:30).

Mereka yang terus-menerus memikirkan tanah Mesir akhirnya mati di padang gurun(Yos 5:6-7),
Mereka yang tetap berfokus kepada tanah Kanaan akhirnya memasuki dan menikmatinya (Yos 14:5-12).


Bagaimanakah dengan orang-orang Kristen yang hidup dalam Perjanjian Baru?

Jawabannya adalah sama saja. Mengapa? Karena cara berpikir orang-orang Kristen yang hidup di zaman ini pun sama persis seperti orang Israel dulu. Paulus menjelaskan hal ini demikian, “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh,”(Roma 8:5).

Ada dua gaya hidup orang-orang yang hidup dalam Kerajaan Allah, yakni:


1.Orang Kristen yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging.

Banyak orang Kristen yang hidupnya penuh dengan persungutan, keluh kesah dan terus-menerus khawatir seumur hidupnya. Mereka memikirkan bagaimana caranya memuaskan gaya hidup duniawinya, meskipun harus jatuh dalam dosa. Mereka gila hormat, saling mendengki, saling menantang dan melakukan banyak pencemaran yang lain. Akibatnya, ketika bencana menimpa hidup mereka, maka mereka menyalahkan Tuhan. Padahal seharusnya mereka dapat mengoreksi perbuatan mereka di hadapan Tuhan. Paulus berkata, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya,”(Galatia 6:7). Itu sebabnya, mereka yang hidup menurut daging tidak mungkin berkenan kepada Allah.


2. Orang Kristen yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh

Ketika orang-orang Kristen yang hidup dalam Kerajaan Allah terus-menerus memikirkan hal-hal yang dari Roh, maka mereka akan dipimpin oleh Roh Allah sendiri. Kata Paulus, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,”(Galatia 5:25).


Lalu apakah yang diinginkan oleh?

Keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Itu sebabnya orang Kristen yang terus-menerus memikirkan apa yang diinginkan oleh Roh, akan mengalami apa yang dikatakan oleh Paulus, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah,”(Roma 8:14).
Oleh sebab ia menerima Roh Allah, maka ia dapat berseru kepada Allah “ya Abba, ya Bapa!”. Dengan demikian, ia akan memiliki penuh atas hak ahli waris, yakni orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus.

Orang Kristen yang demikian, akan siap untuk menderita bersama-sama Kristus, supaya ia juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang yang bergaya hidup demikian akan menjadi transformator-transformator bagi masyarakat di sekitarnya.

Mari, bergaya hiduplah sebagai transformator bagi Kerajaan Allah di mana pun kita berada.


BAGAIMANA CARANYA HIDUP DALAM KERAJAAN ALLAH

Di dalam buku 14 Ujian Yang Harus Dihadapi Seorang Pemimpin, terbitan Metanoia, Frank Damazio menulis bahwa, “Ketika American Airlines melatih pilot-pilotnya, mula-mula perusahaan akan melakukan penyelidikan untuk membuktikan kemampuan para pilot dengan menggunakan simulator penerbangan.

Alat simulator penerbangan itu dirancang untuk memberikan pilot bermacam-macam situasi yang problematik, sehingga mereka akan dapat mengatasi keadaan darurat apa pun, yang mungkin akan mereka hadapi di udara.

Ujian simulasi penerbangan ini dimulai dengan masalah sederhana dan selanjutnya berkembang dengan porsi yang lebih membahayakan.

Hal yang sangat menarik adalah perusahaan penerbangan itu tidak pernah menguji para pilot melampaui kemampuan mereka, tetapi memberi mereka masalah yang lebih sulit sedikit demi sedikit ketika mereka telah menguasai masalah sebelumnya. Pilot-pilot yang telah matang ini, setelah menyelesaikan pelatihan mereka, telah benar-benar siap untuk mengatasi setiap masalah yang menghadang jalan mereka.”

Demikian pula Allah memakai metode pelatihan yang hampir sama, untuk melatih orang-orang yang ingin dipakai demi melakukan pekerjaanNya.

Yesus sendiri menjadi contoh dari Pribadi yang telah melewati proses pelatihan Allah seperti ini.

Dikatakan bahwa, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya,”(Ibrani 13:8). Sama dalam hal apa? Yah. Sama dalam proses pembentukan yang dialami oleh Yesus.

Dengan cara demikian kita dipersiapkan oleh Tuhan untuk hidup dalam Kerajaan Allah. Paulus berkata, “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.(Ibrani 2:17-18).

Kita harus sadar bahwa Allah melatih kita seperti Ia melatih Yesus. Ia melakukan proses pelatihan yang demikian untuk mempersiapkan kita hidup di dalam KerajaanNya.
Karena itu, setiap pencobaan, krisis, kesengsaraan, pertentangan dan segala bentuk proses yang kita lewati mempunyai tujuan khusus di dalam pandangan Allah. Mengapa? Karena tujuan dari ujian yang kita hadapi adalah untuk mengetahui nilai atau kualitas dari obyek yang sedang diuji tersebut.

Proses pembentukan ini akan mempersiapkan kita menjadi pekerja Kristus yang handal, namun tetap berhati hamba.

Tujuan akhirnya adalah kita tidak akan dipatahkan semangat kita ketika berada di bawah tekanan yang kita hadapi di dalam perjalanan mengiringi Tuhan.

Mari, tetaplah memandang kepada Yesus yang telah menang terhadap ujian, agar kita juga berhasil melewatinya dengan kemenangan yang gilang gemilang. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar